Just expresion my mind

Kamis, 19 Maret 2015

Blue 17

The Blue
Episode 17
The Lion Singer


Kami sengaja memilih penerbangan malam (walaupun sebenarnya belum malam, habis isya) agar saat sampai di Singapore kami bisa langsung istirahat. Galileo hanya diwakili tim kecil yang berjumlah dua puluh lima orang, tujuh singer, lima pemain band, dan tiga belas dancer (termasuk Graha, Kayla dan Astrid). Dua jam lima dan belas menit kami sampai di hotel yang sudah disiapkan official. Setelah membongkar koper kami makan malam bersama para peserta dari negara lain.
Saingan terberat adalah dari India (dengan Bollywoodnya, lo gak bakal nemuin drama India tanpa nyanyian dan tarian bahkan film action bahkan horor sekalipun), Korea (boyband and girlband dan juga korean wave yang menyerang semua negara bahkan Amerika), Jepang (JKT 48, dan idol group lainya, siapa tau entar Bukit Raya juga punya BRY48, haha), China (gue denger tim dari China selalu mengangkat kisah-kisah tradisional yang benar-benar mengagumkan) dan tuan rumah sendiri (tim dari Singapura itu udah tampil di Boardway dan jadi 2nd runner-up di Youth International Music dan Dramas Festival di Paris beberapa tahun lalu).

Keesokan harinya, teknical meeting dilakukan. Festival sendiri dilaksanankan seminggu, dan khusus untuk kompetisi drama musikal diadakan lima hari, setiap hari ada lima tim yang tampil mulai pukul lima sore hingga sepuluh malam. Kami sendiri mendapat kesempatan tampil pada hari ke-tiga urutan ke-dua. Jadi kami memeliki kesempatan untuk melihat peserta lain.

“gue jadi ragu kita menang” kata Pricil saat kami melihat upacara pembukaan festival malam itu yang dibuka dengan aksi dari tim tuan rumah
“kenapa lo jadi pesimis gini, padahal sebelum berangkat lo teriak-teriak kita harus menang”
“masalahnya gue baru liat saingan kita kaya apa Ga”
“optimis aja deh, menang kalah urusan belakangan”
“tapi.....Oh My God, tu cowok ganteng banget”
Gubrak ! ni orang cepet banget berubah perasaannya
“itu bukan tim lombannya” kata Kayla
“eh”
“mereka itu dancer-dancer profesional sama penyanyi Singapura yang diundang buat ngisi upacara pembukaan”
Pantesan mereka keren banget, ternyata eh ternyata...
Lagu Titanium menutup pertunjukan tuan rumah dan membuat semuanya ikut bergoyang ria disertai ledakan kembang api yang membuat langit negeri singa ini semakin bercahaya.
The Competition is Opening.

*****

Hari pertama, kami menikmati pertunjukan kisah 1001 malam dari tim-tim arab seperti Yordania dan Uni Emirat Arab. Mereka membawakannya dengan sangat bagus dan kami serasa dibawa ke tengah pedang pasir dengan iringan musik khas yang mendayu-dayu.

Hari kedua, kami dibawa ke masa lalu. Tim dari China, Jepang dan Turki mengangkat tema kerajaan. Gak cuma Eropa yang punya cerita Romeo-Juliet. China juga memilikinya dan bahkan lebih tragis tapi berakhir bahagia.


Dan akhirnya tiba, waktu kami untuk unjuk gigi
“gue jadi nervous” kata Pricil saat kami sedang menunggu gilaran kami di backstage
Suara tepuk tangan menandakan saatnya kami tampil,
“Oh My God !” Pricil panik dan mondar-mandir gak jelas, padahal yang opening kan gue sama Vio (gak jadi sama Luna)
“for next performence, Junior High School of Galileo, Indonesia”

Instrumental Piano and Violin ♪♫
Sebuah narasi singkat dari Vio mengawali pementasan kami. Kemudian dilanjutkan oleh drama para dancer yang menceritakan sebuah permusuhan. Mereka saling menunjukan dance yang benar-benar hebat.

Scene pertama dimulai ketika Didi sedang bermain basket di sebuah taman dengan Graha dan tak sengaja bola yang ia lempar mengenai Pricil (bukan bola sebenarnya).
“sorry i don’t see you”
“don’t mind that, ”
Ketika Pricil berbalik, Didi seolah tersepona (ceritanya sih gitu, gue gak tau itu beneran ato gak) dan Pricil juga kaget ketika melihat Didi memungut bolanya.
Didi : Bruno Mars – Locked Out To Heaven ♫♪♫
Latar taman berubah menjadi sebuah kamar.  Kalo lo lagi falling in love in first time pasti bakalan kebayang wajahnya trus lo senyum-senyum sendirian di kamar gak jelas. Nah sekarang adegannya Pricil lagi gitu,
Pricil : Demi Lovato – Hearth Attack ♪♫♪

Coba aja fans-nya Rafa kesini semua, hancur deh ni gedung gara-gara mereka. Rafa sama Astrid itu romantis gila ! Apalagi pas Rafa bawain lagu Insomnia (english version) by Craig David trus Astrid kaya menghindar tapi Rafa menariknya dan memeluknya. Serius deh kalo fans-nya Rafa liat Astrid bakalan diserbu, dicakar, trus dibotakin.
Akhirnya tiba juga scene gue, El, Chelsea and Luna. Panggung menggelap sesaat sebelum akhirnya kembali terang dan kami berempat muncul.
Songs : Maroon 5 – Love Somebody
I know your insides are feeling so hollow
And it's a hard pill for you to swallow, yeah
But if I fall for you, I'll never recover
If I fall for you, I'll never be the same

I really wanna love somebody
I really wanna dance the night away
I know we're only half way there
But you can take me all the way, you can take me all the way
I really wanna touch somebody
I'll think about you every single day
I know we're only half way there
But you can take me all the way, you can take me all the way
Panggung kembali menggelap saat lagu pertama selesai dan berubah latar. Dari panggung kosong menjadi sebuah lorong sekolah dan ruang musik yang penuh anak, termasuk singer yang lain juga didalem. Asal kalian tau dalam scene ini kita berempat terjebak dalam squere love. Entah siapa yang membuat ceritanya jadi begini.
Cerita dimulai ketika El terburu-buru, telat mungkin (gue gak faham) dan menabrak seorang murid baru, Luna (klise, kaya sinetron banget kan ? ).

“sorry, i don’t see you. I’m in a hurry. Wait i’ve never seen you before ?”
“oh i’m new student, Luna” Luna mengulurkan tangannya
“El”
“El ?”
“Gabriel, that nicknames El”
Setelah percakapan basa basi dan drama yang ya begitulah.

El : Bruno Mars – Just The Way You Are
El mulai bernyanyi di jendela dan mentap Luna yang berada di ruang musik (ceritanya istirahat gitu). Para dancer yang bersama El mengiringinnya berusaha mendorongnya untuk masuk ke kelas dan memprovokatori untuk mengajak Luna pergi.
“what are you doing in here ?” Luna tampak kaget
“em....are you free in Saturday ?”
“i think yes”
“so...you want go out with me ?”
“what ?” Luna tidak menolaknya tapi berusaha mencerna perkataan El yang seperti bergumam atau bicara dengan mulut penuh.
“you want go out with me in Saturday ?” kali ini El mengucapkannya dengan sangat cepat dan Luna terkejut dan suasana hening beberapa saat
“ya”
“what ?”
“i say, i want go with you in Saturday”
El terkejut dan seperti salah tingkah “ok.. at 5 pm”
“5pm” dan saat El pergi barulah Luna bernyanyi,
Luna : Demi Levato – Give Your Heart To Break

Cerita berlanjut, rasanya ini bukan drama tapi kisah nyata. Gue sama Chelsea kebetulan ada ditaman yang sama. Ketika El dan Luna datang, Chelsea terkejut.
Chelsea : Adele – Make You Feel My Love
Gak di drama gak di kehidupan nyata, kisah lo tetep tragis ya Chel, hiks. Saat Chelsea menyanyikan lagu itu mereka ( El and Luna) seolah gak mendengar dan tetep aja ketawa gak jelas kaya orang gila lalu mereka mulai bernyanyi.
El and Luna : Glee – A Thousand Miles.

Kemudian Chelsea berdiri saat lagu selesai dan akan pergi dan gue nahan tangannya,
“don’t go, please”
Tapi Chelsea hanya diam,
“i can’t stay here” katanya
Seorang dancer melintas dengan membawa gitar (berpura-pura sebagai pengamen)
“listen to me” gue pinjem gitarnya dan mulai memainkan sebuah lagu.
Me : Justin Bieber – Be alright
Gue gak cuma diem disatu tempat, ada kalanya gue deketin Chelsea. Sebuah senyuman akhirnya muncul.
Chelsea : Justin Bieber – Catching Feelings

Sebuah nyanyian mengakhiri aksi kami dan kami segera menuju backstage untuk scene selanjutnya. Scene ini sendiri ditutup oleh El and Luna yang membawakan lagu yang jadi soundtrack-nya Wreck It Ralph, Owl City – When Can I See You Again.

Sebuah tulisan di whiteboard mengejutkan kami semua. Today : sing with your partner. Seisi ruangan langsung sibuk mencari partener bernyanyi mereka, kecuali Chelsea yang masih diam dan melihat partitur lagu di tangannya.
Setekah keheningan beberapa saat El mengajak Luna untuk berdiri. Tibalah scene yang paling gue benci. Scene yang mengingatkan Chelsea menangis untuk pertama kalinya gara-gara seorang cowok.
“gak usah diliat ato didengerin” itu bisakan gue untuk Chelsea
“aku gak papa kok kak”
“gue gak yakin. Malu tau kalo mewek disini”
“apaan sih” Chelsea mukul lengan gue dan rasanya rada sakit seperti biasanya
Mereka mulai bernyanyi,
El and Luna : Glee – Need You Now

Untunglah Chelsea gak mewek lagi. Gak elit kalo misalnya dia mewek disini trus lari ke toilet dan gue harus mengejarnya. Walaupun gak nangis tapi ekspresinya tetep aja murung.
“want to sing ?”
“what ?”
“don’t let the world don’t know your voice, come on !”
“but...”
Sebelum Chelsea beralasan lagi gue udah naris dia buat berdiri dan mereput partitur lagu dari tangannya.
Song : Glee – A Thousand Years
Iringan gitar akustik dari Aldi, drum pelan dari Dio (yang gue yakin dia gak begitu suka sama iramanya, soalnya Dio itu pecinta musik rock) plus biola dari Golden Lion Ocestra membuat ruang pementasan terasa hening dan ketika lagu selesai terdengar tepuk tangan yang bergemuruh.
“Sky,let make this be competition” kata El (nama gue dalam drama ini Sky)
“what competition ? i can’t understand”
“you and your partner, me and Luna. I challenge you”
“this not beatle not competiton”
“are you afraid ? or you not sure about your partner”
Rasanya gue bener-bener pingin nonjok mukannya El sampe babak belur gara-gara dialog itu gak ada dalam naskah, spontan ia ucapkan.
“yes i’m afraid, i afraid for you lose. Gabriel ! and i accept your challenge” ada penekanan saat gue menyebut namanya
“you sing first you must show all your great talent”
“not me, because you challenger you must fisrt. That fair”
El mengajak Luna berdiri, dan dia rada kaget. Wajarlah semua kaget karena ini menjadi semacam pertarungan antara Ega and El diatas panggung. Ketika dua orang yang kelihatan mirip banget dan sering disangka kembar mendadak menjadi musuh besar gara-gara masalah yang gak jelas. Itu awesome.
Pertarungan dimulai,
El and Luna : Pink feat Nate Ruess – Just Give Me A Reason
El tersenyum puas namum menghina setelah lagunya selesai. Gue akui dia sama Luna emang hebat, bahkan ngalahin duetnya Pink sama Nate.
“let world now your great talent Sky” kata El
Gue langsung narik Chelsea keluar ruangan,
“you ran from this ?” kata El
“no, i just want to show you the great talent”
Dua pasang sepatu in line skate sudah berada dibawah set bangku taman. Chelsea rada ragu dan berbisik,
“kenapa jadi kaya gini sih kak ?”
“tau deh Chel, orang yang bikin jadi kaya gini El, kita ikutin aja maunya apa”
“tapi kak”
“udah deh dia bukan lagi El yang dulu dia udah berubah. Lo gak pantes ngebelain dia mulu” jdar kata-kata itu terlontar dari mulut gue begitu aja dan membuat Chelsea tak bisa membatah diam seperti patung.

“siap ?”
“ya”
Gue tarik Chelsea dari kursi taman dan mulai berdiri. Intro singkat dan senandung dari choirs mengawali lagu.
Song : Glee – No Air
Nyanyi sambil main in line skate itu greget banget. Lo harus membagi fungsi otak lo untuk menjaga kesimbangan dan mengingat liriknya. Tapi itu terbayar dengan tepuk tangan super meriah bahkan sebagian besar penonton berdiri sambil memberikan aplouse. Hanya senyuman kemenangan yang bisa gue tampilin.
Entah Chelsea  meresa bahagia sampe-sampe dia lupa kalo masih pake in line shoes dan hampir aja jatoh. Untuk seper sekian detik gue berhasil nahan tangannya.
“be careful oke”
“ya”
Tak ada momen setelah itu hanya keheningan sesaat selama beberapa detik sebelum sebuah siulan datang dari bangku penonton didepan kami dan disambung dengan suara yang lebih gemuruh dari tepuk tangan.

Pelampilan dari tim GIS ditutup dengan lagu Believe dari Justin Bieber yang dinyanyikan secara para singer dan Merlion Choirs menjadi backing focal. Kami merasa seperti sedang tampil di billboard.

*****

Menunggu memang membosankan. Terutama menunggu hasil kompetisi yang masih tiga hari lagi. Kami baru akan memulai aktivitas pada malam hari itupun menonton peserta lain.

“boy’s – AAAaaaaaa!” Pricil berteriak karena saat ia membuka pintu kamar cowok secara bersama Didi keluar dari kamar mandi dengan hanya menggenakan celana pendek dan handuk di kepalanya. Didi buru-buru masuk kembali ke kamar mandi dan menutupi tubuhnya dengan pintu.
“lo ngapain dikamar cowok” kata Didi, kepala terlihat dibalik pintu
“gue ngajakin keluar, daripada boring gini”
“oh, jalan kemana ?”
“ya keliling kek ke sentosa ato kemana gitu. Udah buruan pake baju lo trus bangunin tu Rafa”
Rafa memang masih tertidur lelap padahal udah jam tujuh. Pricil lalu pergi dan meninggalkan kamar cowok.

Kami baru keluar hotel jam sembilan pagi, setelah membangunkan Rafa yang susahnya minta ampun.
“kita mau kemana ?” kata Rafa
“Universal Studio” kata Ditta
“not, gak asik. Gak ada yang baru wahananya gue jadi bosen”
“Sentosa ?”
“gue tadi baca di internet kalo Sentosa masih dalam pengecekan rutin bulanan dan baru selesai besok, jadi itu tujuan kita besok”
“trus ? Botanical Garden. Itu baru”
“gak”
“Marina Bay ? ke Singapure gak kesana kaya ke Sydney tapi kak ke Opera House-nya” kata Didi
“enakkan kesana sore habis itu naik Singapore Flyer”
Lama-lama gue bosen juga dengerin mereka debat bukannya jalan-jalan kami malah bisa saja kejebak disini dan gak kemana-mana
“gini ada deh, kita kelilingin Singapura trus sorenya kita ke Marina, deal ?”
“deal !”

Kami memilih menggunakan bus double dacker untuk memulai perjalanan kami. Tujuan pertama Singapore Zoo. Itu rokemndasi Vio, katanya Singapore Zoo termasuk kebun binatang terbaik di Asia. Kalo kaya gini gue jadi inget pas kita ditunjuk jadi cover boy and girl majalahnya National Geographic tahun lalu, dimana gue sama El masih kaya anak kembar dan berfoto bersama anak harimau putih dan singa putih.

 “tenang aja disini banyak yang halal kok. Masakan melayu sama india ada juga tapi rada susah nyarinya kalo disini” kata Pricil saat kami berada di gapura China Town alias Pecinan
“itu aja deh, gue dapet refrensi dari cewek Singapore” Rafa menunjuk sebuah resto China dengan logo halal besar-besar di kacanya.
Gak perlu ditanyain itu siapa deh. Rafa selalu bisa bikin semua cewek lupa diri cuma dengan senyuman. Mungkin dia dapet temen baru.
Ketika kami masuk suasananya sudah ramai dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang melayu bahkan banyak wanita yang memakai hijab makan siang di tempat ini.
“gimana enak kan ?” kata Rafa
“thanks buat mangsa baru lo Raf” kata Didi
“dia bukan mangsa gue kok, gue gak tertarik”
“trus ? kalo dia ngarep sama lo gimana Raf ?”
“semoga gak deh Ga. Ngeri kalo bisa kejadian kaya lo dulu, haha”
Sekarang malah gue yang terpojok dan gue cuma bisa senyum doang.

Usai makan kami melanjutkan jalan-jalan di sekitar China Town, menelusuri jalan yang kanan kirinya penuh dengan toko yang menjual macam-macam barang hingga penjual kaki lima.
Ditengah jalanan yang ramai, rombongan kami ditabrak oleh dua orang.
“ah kak, itu tas ku !” kata Chelsea
“tas gue !” teriak Luna
Entah apa yang mendorong tapi gue langsung lari mengejar orang yang menabrak kami tadi yang ternyata pencopet. El pun ternyata ikut berlari.
“stop them ! the are thieves !”
Mengejar pencopet ditengah-tengah China Town itu susah juga. Lo bakalan nabrak orang yang berjalan.
“hey ! stop them !”
Seperti di adegan film action saja saat para pencopet itu membunag dagangan para penjual ke jalan untung menghalangi kami. Atau mungkin mereka terinspirasi dari film action ? siapa tau. Entah siapa yang mempunyai ide ini tapi kami kemudian melompat dan menjadikan kotak yang berisi tomat yang sebelumnya dibuang para pencopet untuk menghentikan gerakan kami. Hebatnya setelah melayang di udara kami mendarat tepat di tubuh pencopet itu hingga mereka mencium aspal.
“this not your bag bro” El mengunci lengan pencopet dibawahnya kebelakang dan mengambil tasnya
Gue gak ikutan ngunci cuma gue kasih dia pukulan penutup chi di lengan dan alhasil lengannya gak bisa digerakin. Setelah mendapat tas kembali, kami berjalan pulang. Gue baru sadar kalo udah lari jauh banget.
“nih punya Chelsea” kata El
 Gue baru sadar juga kalo ternyata yang ditangan gue itu tas-nya Luna
“berarti ini punya Luna”
Mungkin rada jangal kali ya. Ngejar pencopet trus tasnya ketuker. Tapi itu beneran terjadi. Hanya keheningan diantara kami dan suara ramainya China Town menjadi backsound.
“lo sama Chelsea gimana ?”
Entah sudah berapa lama gue gak ngomong sama El, dan saat ngomong lagi rasanya kami seperti pertama kali kenal. Canggung abis.
“gak ada apa ? lo ?”
“sama, sorry buat yang di stage kemaren gue gak bermaksud bikin kacau”
“kacau ? menurut gue gak deh. Ceritanya jadi alami”
“tapi tetep aja gue ngerasa bersalah”
“gue juga, kebawa suasana”
Pecakapan canggung berubah seperti dulu, kembali akrab. Tertawa gara-gara hal gak jelas dan kami tau apa yang menyebabkan kami musuhan selama ini. Empire, yep mereka ngadu domba El tampa El sadari dan gue kena imbasnya.

“nih” El menyerahkan tas Luna kembali
“lain kali kalo keluar gak usah bawa tas begitu”
“aku ngikutin saranya kak Pricil kak”
“sama gue juga, katanya biar gue keliatan feminim”
Langsung gue sama El menatap Pricil
“iya gue minta maaf”
“saran oon gitu diturutin, udah tau mau keluar bawa tas kaya gitu” kata El, serius deh yang berani ngomong oon ato kata-kata yang cukup kasar sama Pricil itu tiga orang Didi, Luna sama El
“ya dia maksa gue” kata Luna
“kalo mau bawa tas selempang jangan yang modelnya kaya kantung belanjaan super market mending yang disampirin di bahu melintang gini. Biar kaya cowok tapi kan ada yang model cewek, dan lo tetep feminim” kata Kayla
“gue minta maaf” kata Pricil dengan setulus-tulusnya

Sekitar jam setengah empat sore, kami sudah berada di Marina Bay. Untung gue bawa kamera dan untungnya kamera gue aman-aman aja setelah berlari-lari mengejar pencopet tadi.
“Ga fotoin gue” kata Rafa
“bentar”
Foto yang bener-bener kocak, Rafa membuka mulutnya dan seperti sedang minum dari air mancur yang keluar dari mulut Merlion.
“keren Raf”
Setelah gue foto Rafa ada objek yang menarik lagi. Chelsea yang lagi bengong natap laut didepannya dengan wajah naturan uhuk cantik. Ya mungkin dia lagi kangen sama sama bunda.
“kak Ega !”
Mampus gue ketahuan. Someone help me, jangan sampe gue kena cubitan mautnya Chelsea yang rasanya kaya semut peluru. Tapi kemudian wajahnya kembali murung seperti tadi.
“kenapa ? kangen sama bunda ?”
“iya”
Mata gue kembali menangkap sebuah objek tapi bukan buat gue foto, masa iya gue fotoin tukang es krim. Gue denger, gak tau bener ato gak, kalo es krim itu bisa bikin mood balik. Kalo coklat gue percaya soalnya udah terbukti.

“two please” great ucapan bareng gue and El untuk pertama kalinya setelah musuhan
“gue dulu Ga” kata El
“yang tua ngalah”
“gak bisa, yang tua pertama lah. Yang kecil belakangan aja”
“mana ada”
“this” dua buah es krim cone sudah berada didepan kami
“gue dulu”
“gak gue dulu”
“dibilangin yang tua ngalah”
“gak bisa”
“kalian kenapa ribut sih ?” Luna datang dan ada Chelsea juga
“tau, kaya anak kecil”
“this your ice cream” kata penjual itu lagi
“oh thanks” Luna langsung mengambil kedua es krim itu dan memberikan Chelsea satu “jangan lupa bayar”
Gue sama El cuma bisa bengong kaya orang blo’on, dan liatin luna and Chelsea makan es krim dengan wajah tanpa dosa.

Walaupun singapore flyer gak sebesar london eye tapi keren juga. Lo naik di ketinggian dan liat senja di Marina Bay yang benar-benar memukau. Kalo cuaca cerah kaya gini lo bisa liat Batam dari ketinggian lho.
“jadi kalian udah baikan nih ceritanya” kata Pricil
“ya gitu deh”
Sebenarnya satu kapsul flyer itu bisa diisi sampe dua belas orang tapi ini cuma setengahnya doang, gue, El,Didi,Pricil,Luna and Chelsea.
“trus kalian kapan balikan-nya sekarang ?” kata El yang membuat suasana hening seketika dan seolah fyler berhenti tepat di puncaknya.

*****
Closing ceremony sendiri dilakukan di The Foat, sebuah stadion terapung di Marina Bay. Kemarin malam saat pengumuman sesuatu terjadi. Ya walaupun kami tidak memenangkan best performence tapi kami dapat sesuatu.


Malam pengumuman, sehari sebelumnya
Setelah perampilan tim terakhir sekitar jam sepuluh pengumuman juara dilakukan.
dramas competition is finish and now time to know who is the winner, for 2nd runner up in best performence category....” suasana gedung hening seketika “Korea !
Tim korea langsung berteriak heboh diiringi tepuk tangan yang meriah. Segerombolan tim langsung maju menuju keatas panggung. Mereka tak bisa menutupi rasa bahagia mereka.
next, 1st runner up in best performence category... Singapore !
Suara tepuk tangan kembali bergemuruh “and now, the champions for best performence category is.....China !” suara tim China bahkan mengalahkan teriakan dari tim korea, itu wajar karena mereka membawa sekitar lima puluh orang bahkan lebih dalam satu tim. Beberapa terlihat menangis bahagia saat tim China berada diatas panggung.

next category, best dancer” lah kalo ini udah bisa ditebak “Korea !
Benerkan, secara negara mereka itu kaya ibu-nya boy and girl band. Menurut gue penampilan mereka juga lebih mengutamakan dance daripada sing and story-nya. Katergori selanjutnya untuk best solo boy and solo girl singer didapatkan tuan rumah. Suara mereka gue akui memang menganggumkan.
for this competition we have two special category, first for best dance couple
Layar LCD raksasa yang menjadi latar panggung menampilkan foto-foto secara acak dan cepat. “the winner is......” foto kemudian berhenti dan ternyata “Rafael and Astrid from Junior High School of Galileo
Off course kami kaget karena pupus harapan kami untuk menang tapi kami malah mendapat kejutan di kategori spesial. Rafa seperti orang bingung waktu namanya disebut sebelum akhirnya ia ditarik Astrid untuk berdiri dan menuju ke panggung. Gue gak mau ngebayangin gimana reaksi fans-nya Rafa kalo tau idola mereka menang katergori ini.
next special category, best singer couple. For this special category we have vote in social media to choesing who is the best couple” LCD kembali memampilkan foto acak secara cepat tapi kenapa ada dua ? “and we have same vote with 4570 voters” foto semakin cepat mengacak dan kemudian berhenti, Oh My God.

 “Gabriel Luna and Sky Chelsea !

What !? kita... kita berempat dapet kategori best singer couples ? Oh God. Sekarang foto gue yang lagi mengang tangan Chelsea pas dia mau jatoh and foto El Luna yang pas bawain lagu A Thousand Miles terpampang jelas.
for Gabriel,Luna,Sky and Chelsea please join with us in here
“buruan sana maju” kata Pricil
Dengan raut wajah yang masih bingung dan tidak percaya kami berempat maju. Semua pemenang menerima tropi dan medali. Satu hal yang membuat kami terkejut lagi, tim Galileo dipilih untuk menjadi pengisi acara di closing ceremony bersama tim China. Ketika hal itu diumumkan gue bisa denger teriakan histerisnya Pricil dengan jelas.



Lobby hotel,
“tenang, gak usah cemas berlebihan gitu” kata Didi,
“gimana mau tenang coba, closing ceremony-nya itu lusa dan kita latihan cuma sehari ? it’s impossible” kata Pricil, ia masih mondar-mandir gak jelas sambil gigitin kukunya
“bakalan jadi possible kalo lo berhenti mondar-mandir trus mecahin masalah ini dengan tenang” Luna mendorong tubuh Pricil untuk duduk. Walaupun udah duduk tetep aja cemasnya gak ilang-ilang, dia tetep gigitin kukunya.
“kalo bener, malem ini konsep-nya bisa langsung jadi, trus besok latihan” kata Sandra
“nah dancer-nya ?” kata Graha
“pake aja dance yang dulu, tapi yang belum pada tau”
“ada !” kata Kayla “celebrating dance”
“jangan bilang itu dance yang terinspirasi dari tarian suku kanibal” kata Pricil
Emang cemas bisa bikin otak konslet kaya Pricil gini ya ? ato mungkin terlalu stres jadi sel otaknya pada putus.
“enak aja, itu dance buat kompetisi yang gak jadi itu. Padahal udah latihan lama. Disitulah saya merasa sedih”
“sekarang konsepnya gimana ?” kata El
“buat sederhana aja deh”
“oke, Rafa sama Astrid bakalan gabung ke tim dance walaupun entar Rafa bakalan nyanyi trus godain Astrid ceritanya. Trus singer-nya nyanyi beberapa lalu saut-sautan gitu” kata Sandra

Jadilah rencana kami gagal untuk ke Sentosa dan harus latihan bersama tim China juga pengisi acara lainya. Kendalanya cuma satu, bahasa, tim China tidak terlalu fasih bahasa inggris bahan kebanyakan tidak mengerti sama sekali.

*****

Gak butuh waktu lama, begitu kami kembali ke sekolah. BUMM ! gosip menyebar dimana-mana. Mereka saling berbisik saat kami melintas. Oh itu berlaku buat kami berempat, gue, El, Luna and Chelsea.

“lo kenapa sih Lun ?” kata Pricil saat Luna datang dengan wajah yang badmood
“gara-gara ini” Rafa membawa sebuah majalah, Amazing Teen edisi bulan ini.
“Rafael Wiratama kembali dekat dengan gadis baru”
“eh bukan itu Ga !” Rafa langsung membuka halaman
“ya gue kira itu” serius deh masalahnya cover magazine itu fotonya Rafa sama Astrid
“a squere love, ini apa’an sih ?” kata Pricil
“lo baca aja sendiri” kata Luna ketus
“dua gadis ini beruntung karena bisa berduet bersama Gabriel Wiradmadja dan Ega Dewabarata dalam upacara penutupan festival musik dan drama remaja se-Asia yang diselenggarakan di Singapura seminggu yang lalu. Dari foto dan informasi yang kami dapat dari pihak terpercaya mereka terlibat dalam sebuah masalah, a squere love....”
“gak perlu dibaca semuanya juga” kata Luna
“so sorry. El udah tau ? Chelsea juga ?” kata Pricil
“El lagi sama club biology-nya jadi gue belum ngasih tau. Chelsea, gue gak liat dia, tapi semoga dia belum baca majalah ini deh”
“oo, jadi El lagi club pantes gue chat, sms bahkan telepon kagak ada respon”
“lo gak tau Ga ?” kata Aldi
“gak, gue baru tau sekarang”
“kayanya beneran squere love deh guy’s” kata Kayla

 .
.
.
.
Bersambung.....
========================================================================
Holla :) ,
just information for readers. The Notes Series : The Blue satu episode lagi Ending. Kira-kira bakalan happy ending ato sad ending gue juga gak tau, hahaha. Tapi gak bakalan berhenti di situ aja kok, masih ada lanjutannya ; The Grey, another story from Senior High School


Oke sekian cuap-cuapnya.Bye bye, sampai jumpa di episode terakhir nanti :D
*melambai anggun ala Miss World
Share:

Find us on Facebook

Facebook

BTemplates.com

Pages

About My

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran