The Blue
Episode 17
The Lion Singer
Kami
sengaja memilih penerbangan malam (walaupun sebenarnya belum malam, habis isya)
agar saat sampai di Singapore kami bisa langsung istirahat. Galileo hanya
diwakili tim kecil yang berjumlah dua puluh lima orang, tujuh singer, lima
pemain band, dan tiga belas dancer (termasuk Graha, Kayla dan Astrid). Dua jam
lima dan belas menit kami sampai di hotel yang sudah disiapkan official.
Setelah membongkar koper kami makan malam bersama para peserta dari negara
lain.
Saingan
terberat adalah dari India (dengan Bollywoodnya, lo gak bakal nemuin drama
India tanpa nyanyian dan tarian bahkan film action bahkan horor sekalipun),
Korea (boyband and girlband dan juga korean wave yang menyerang semua negara
bahkan Amerika), Jepang (JKT 48, dan idol group lainya, siapa tau entar Bukit
Raya juga punya BRY48, haha), China (gue denger tim dari China selalu
mengangkat kisah-kisah tradisional yang benar-benar mengagumkan) dan tuan rumah
sendiri (tim dari Singapura itu udah tampil di Boardway dan jadi 2nd runner-up
di Youth International Music dan Dramas Festival di Paris beberapa tahun lalu).
Keesokan
harinya, teknical meeting dilakukan. Festival sendiri dilaksanankan seminggu,
dan khusus untuk kompetisi drama musikal diadakan lima hari, setiap hari ada
lima tim yang tampil mulai pukul lima sore hingga sepuluh malam. Kami sendiri
mendapat kesempatan tampil pada hari ke-tiga urutan ke-dua. Jadi kami memeliki
kesempatan untuk melihat peserta lain.
“gue jadi
ragu kita menang” kata Pricil saat kami melihat upacara pembukaan festival
malam itu yang dibuka dengan aksi dari tim tuan rumah
“kenapa lo
jadi pesimis gini, padahal sebelum berangkat lo teriak-teriak kita harus
menang”
“masalahnya
gue baru liat saingan kita kaya apa Ga”
“optimis
aja deh, menang kalah urusan belakangan”
“tapi.....Oh
My God, tu cowok ganteng banget”
Gubrak ! ni
orang cepet banget berubah perasaannya
“itu bukan
tim lombannya” kata Kayla
“eh”
“mereka itu
dancer-dancer profesional sama penyanyi Singapura yang diundang buat ngisi
upacara pembukaan”
Pantesan
mereka keren banget, ternyata eh ternyata...
Lagu
Titanium menutup pertunjukan tuan rumah dan membuat semuanya ikut bergoyang ria
disertai ledakan kembang api yang membuat langit negeri singa ini semakin
bercahaya.
The Competition is Opening.
*****
Hari
pertama, kami menikmati pertunjukan kisah 1001 malam dari tim-tim arab seperti
Yordania dan Uni Emirat Arab. Mereka membawakannya dengan sangat bagus dan kami
serasa dibawa ke tengah pedang pasir dengan iringan musik khas yang
mendayu-dayu.
Hari kedua,
kami dibawa ke masa lalu. Tim dari China, Jepang dan Turki mengangkat tema
kerajaan. Gak cuma Eropa yang punya cerita Romeo-Juliet. China juga memilikinya
dan bahkan lebih tragis tapi berakhir bahagia.
Dan
akhirnya tiba, waktu kami untuk unjuk gigi
“gue jadi nervous” kata Pricil saat kami sedang
menunggu gilaran kami di backstage
Suara tepuk
tangan menandakan saatnya kami tampil,
“Oh My God
!” Pricil panik dan mondar-mandir gak jelas, padahal yang opening kan gue sama
Vio (gak jadi sama Luna)
“for next
performence, Junior High School of Galileo, Indonesia”
Instrumental Piano and Violin ♪♫
Sebuah
narasi singkat dari Vio mengawali pementasan kami. Kemudian dilanjutkan oleh
drama para dancer yang menceritakan sebuah permusuhan. Mereka saling menunjukan
dance yang benar-benar hebat.
Scene
pertama dimulai ketika Didi sedang bermain basket di sebuah taman dengan Graha
dan tak sengaja bola yang ia lempar mengenai Pricil (bukan bola sebenarnya).
“sorry i
don’t see you”
“don’t mind
that, ”
Ketika
Pricil berbalik, Didi seolah tersepona (ceritanya sih gitu, gue gak tau itu
beneran ato gak) dan Pricil juga kaget ketika melihat Didi memungut bolanya.
Didi : Bruno Mars – Locked Out To Heaven ♫♪♫
Latar taman
berubah menjadi sebuah kamar. Kalo lo
lagi falling in love in first time
pasti bakalan kebayang wajahnya trus lo senyum-senyum sendirian di kamar gak
jelas. Nah sekarang adegannya Pricil lagi gitu,
Pricil : Demi Lovato – Hearth Attack ♪♫♪
Coba aja
fans-nya Rafa kesini semua, hancur deh ni gedung gara-gara mereka. Rafa sama
Astrid itu romantis gila ! Apalagi pas Rafa bawain lagu Insomnia (english version) by Craig David trus Astrid kaya
menghindar tapi Rafa menariknya dan memeluknya. Serius deh kalo fans-nya Rafa
liat Astrid bakalan diserbu, dicakar, trus dibotakin.
Akhirnya
tiba juga scene gue, El, Chelsea and Luna. Panggung menggelap sesaat sebelum
akhirnya kembali terang dan kami berempat muncul.
Songs : Maroon 5 – Love Somebody
I know your insides are feeling so hollow
And it's a hard pill for you to swallow, yeah
But if I fall for you, I'll never recover
If I fall for you, I'll never be the same
I really wanna love somebody
I really wanna dance the night away
I know we're only half way there
But you can take me all the way, you can take me all the way
I really wanna touch somebody
I'll think about you every single day
I know we're only half way there
But you can take me all the way, you can take me all the way
And it's a hard pill for you to swallow, yeah
But if I fall for you, I'll never recover
If I fall for you, I'll never be the same
I really wanna love somebody
I really wanna dance the night away
I know we're only half way there
But you can take me all the way, you can take me all the way
I really wanna touch somebody
I'll think about you every single day
I know we're only half way there
But you can take me all the way, you can take me all the way
Panggung
kembali menggelap saat lagu pertama selesai dan berubah latar. Dari panggung
kosong menjadi sebuah lorong sekolah dan ruang musik yang penuh anak, termasuk
singer yang lain juga didalem. Asal kalian tau dalam scene ini kita berempat
terjebak dalam squere love. Entah
siapa yang membuat ceritanya jadi begini.
Cerita
dimulai ketika El terburu-buru, telat mungkin (gue gak faham) dan menabrak
seorang murid baru, Luna (klise, kaya sinetron banget kan ? ).
“sorry, i
don’t see you. I’m in a hurry. Wait i’ve never seen you before ?”
“oh i’m new
student, Luna” Luna mengulurkan tangannya
“El”
“El ?”
“Gabriel,
that nicknames El”
Setelah
percakapan basa basi dan drama yang ya begitulah.
El : Bruno
Mars – Just The Way You Are
El mulai
bernyanyi di jendela dan mentap Luna yang berada di ruang musik (ceritanya istirahat gitu). Para dancer
yang bersama El mengiringinnya berusaha mendorongnya untuk masuk ke kelas dan
memprovokatori untuk mengajak Luna pergi.
“what are you
doing in here ?” Luna tampak kaget
“em....are
you free in Saturday ?”
“i think
yes”
“so...you
want go out with me ?”
“what ?”
Luna tidak menolaknya tapi berusaha mencerna perkataan El yang seperti bergumam
atau bicara dengan mulut penuh.
“you want
go out with me in Saturday ?” kali ini El mengucapkannya dengan sangat cepat
dan Luna terkejut dan suasana hening beberapa saat
“ya”
“what ?”
“i say, i
want go with you in Saturday”
El terkejut
dan seperti salah tingkah “ok.. at 5 pm”
“5pm” dan
saat El pergi barulah Luna bernyanyi,
Luna : Demi Levato – Give Your Heart To Break
Cerita
berlanjut, rasanya ini bukan drama tapi kisah nyata. Gue sama Chelsea kebetulan
ada ditaman yang sama. Ketika El dan Luna datang, Chelsea terkejut.
Chelsea : Adele – Make You Feel My Love
Gak di
drama gak di kehidupan nyata, kisah lo tetep tragis ya Chel, hiks. Saat Chelsea
menyanyikan lagu itu mereka ( El and Luna) seolah gak mendengar dan tetep aja
ketawa gak jelas kaya orang gila lalu mereka mulai bernyanyi.
El and Luna
: Glee – A Thousand Miles.
Kemudian
Chelsea berdiri saat lagu selesai dan akan pergi dan gue nahan tangannya,
“don’t go,
please”
Tapi
Chelsea hanya diam,
“i can’t
stay here” katanya
Seorang dancer
melintas dengan membawa gitar (berpura-pura sebagai pengamen)
“listen to
me” gue pinjem gitarnya dan mulai memainkan sebuah lagu.
Me : Justin Bieber – Be alright
Gue gak
cuma diem disatu tempat, ada kalanya gue deketin Chelsea. Sebuah senyuman
akhirnya muncul.
Chelsea : Justin Bieber – Catching Feelings
Sebuah
nyanyian mengakhiri aksi kami dan kami segera menuju backstage untuk scene
selanjutnya. Scene ini sendiri ditutup oleh El and Luna yang membawakan lagu
yang jadi soundtrack-nya Wreck It Ralph, Owl
City – When Can I See You Again.
Sebuah
tulisan di whiteboard mengejutkan kami semua. Today : sing with your partner. Seisi ruangan langsung sibuk
mencari partener bernyanyi mereka, kecuali Chelsea yang masih diam dan melihat
partitur lagu di tangannya.
Setekah
keheningan beberapa saat El mengajak Luna untuk berdiri. Tibalah scene yang
paling gue benci. Scene yang mengingatkan Chelsea menangis untuk pertama
kalinya gara-gara seorang cowok.
“gak usah
diliat ato didengerin” itu bisakan gue untuk Chelsea
“aku gak
papa kok kak”
“gue gak
yakin. Malu tau kalo mewek disini”
“apaan sih”
Chelsea mukul lengan gue dan rasanya rada sakit seperti biasanya
Mereka
mulai bernyanyi,
El and Luna
: Glee – Need You Now
Untunglah
Chelsea gak mewek lagi. Gak elit kalo misalnya dia mewek disini trus lari ke
toilet dan gue harus mengejarnya. Walaupun gak nangis tapi ekspresinya tetep
aja murung.
“want to
sing ?”
“what ?”
“don’t let
the world don’t know your voice, come on !”
“but...”
Sebelum
Chelsea beralasan lagi gue udah naris dia buat berdiri dan mereput partitur
lagu dari tangannya.
Song : Glee – A Thousand Years
Iringan
gitar akustik dari Aldi, drum pelan dari Dio (yang gue yakin dia gak begitu
suka sama iramanya, soalnya Dio itu pecinta musik rock) plus biola dari Golden Lion Ocestra membuat ruang
pementasan terasa hening dan ketika lagu selesai terdengar tepuk tangan yang
bergemuruh.
“Sky,let
make this be competition” kata El (nama gue dalam drama ini Sky)
“what
competition ? i can’t understand”
“you and
your partner, me and Luna. I challenge you”
“this not
beatle not competiton”
“are you
afraid ? or you not sure about your partner”
Rasanya gue
bener-bener pingin nonjok mukannya El sampe babak belur gara-gara dialog itu
gak ada dalam naskah, spontan ia ucapkan.
“yes i’m
afraid, i afraid for you lose. Gabriel ! and i accept your challenge” ada
penekanan saat gue menyebut namanya
“you sing
first you must show all your great talent”
“not me,
because you challenger you must fisrt. That fair”
El mengajak
Luna berdiri, dan dia rada kaget. Wajarlah semua kaget karena ini menjadi
semacam pertarungan antara Ega and El diatas panggung. Ketika dua orang yang
kelihatan mirip banget dan sering disangka kembar mendadak menjadi musuh besar
gara-gara masalah yang gak jelas. Itu awesome.
Pertarungan
dimulai,
El and Luna
: Pink feat Nate Ruess – Just Give Me A
Reason
El
tersenyum puas namum menghina setelah lagunya selesai. Gue akui dia sama Luna
emang hebat, bahkan ngalahin duetnya Pink sama Nate.
“let world
now your great talent Sky” kata El
Gue
langsung narik Chelsea keluar ruangan,
“you ran
from this ?” kata El
“no, i just
want to show you the great talent”
Dua pasang
sepatu in line skate sudah berada dibawah set bangku taman. Chelsea rada ragu
dan berbisik,
“kenapa
jadi kaya gini sih kak ?”
“tau deh
Chel, orang yang bikin jadi kaya gini El, kita ikutin aja maunya apa”
“tapi kak”
“udah deh
dia bukan lagi El yang dulu dia udah berubah. Lo gak pantes ngebelain dia mulu”
jdar kata-kata itu terlontar dari mulut gue begitu aja dan membuat Chelsea tak
bisa membatah diam seperti patung.
“siap ?”
“ya”
Gue tarik
Chelsea dari kursi taman dan mulai berdiri. Intro singkat dan senandung dari
choirs mengawali lagu.
Song : Glee – No Air
Nyanyi
sambil main in line skate itu greget banget. Lo harus membagi fungsi otak lo
untuk menjaga kesimbangan dan mengingat liriknya. Tapi itu terbayar dengan
tepuk tangan super meriah bahkan sebagian besar penonton berdiri sambil
memberikan aplouse. Hanya senyuman kemenangan yang bisa gue tampilin.
Entah
Chelsea meresa bahagia sampe-sampe dia
lupa kalo masih pake in line shoes dan hampir aja jatoh. Untuk seper sekian
detik gue berhasil nahan tangannya.
“be careful
oke”
“ya”
Tak ada
momen setelah itu hanya keheningan sesaat selama beberapa detik sebelum sebuah
siulan datang dari bangku penonton didepan kami dan disambung dengan suara yang
lebih gemuruh dari tepuk tangan.
Pelampilan
dari tim GIS ditutup dengan lagu Believe dari Justin Bieber yang dinyanyikan
secara para singer dan Merlion Choirs menjadi backing focal. Kami merasa
seperti sedang tampil di billboard.
*****
Menunggu
memang membosankan. Terutama menunggu hasil kompetisi yang masih tiga hari
lagi. Kami baru akan memulai aktivitas pada malam hari itupun menonton peserta
lain.
“boy’s –
AAAaaaaaa!” Pricil berteriak karena saat ia membuka pintu kamar cowok secara
bersama Didi keluar dari kamar mandi dengan hanya menggenakan celana pendek dan
handuk di kepalanya. Didi buru-buru masuk kembali ke kamar mandi dan menutupi
tubuhnya dengan pintu.
“lo ngapain
dikamar cowok” kata Didi, kepala terlihat dibalik pintu
“gue
ngajakin keluar, daripada boring gini”
“oh, jalan
kemana ?”
“ya
keliling kek ke sentosa ato kemana gitu. Udah buruan pake baju lo trus bangunin
tu Rafa”
Rafa memang
masih tertidur lelap padahal udah jam tujuh. Pricil lalu pergi dan meninggalkan
kamar cowok.
Kami baru
keluar hotel jam sembilan pagi, setelah membangunkan Rafa yang susahnya minta
ampun.
“kita mau
kemana ?” kata Rafa
“Universal
Studio” kata Ditta
“not, gak
asik. Gak ada yang baru wahananya gue jadi bosen”
“Sentosa ?”
“gue tadi
baca di internet kalo Sentosa masih dalam pengecekan rutin bulanan dan baru
selesai besok, jadi itu tujuan kita besok”
“trus ?
Botanical Garden. Itu baru”
“gak”
“Marina Bay
? ke Singapure gak kesana kaya ke Sydney tapi kak ke Opera House-nya” kata Didi
“enakkan
kesana sore habis itu naik Singapore Flyer”
Lama-lama
gue bosen juga dengerin mereka debat bukannya jalan-jalan kami malah bisa saja
kejebak disini dan gak kemana-mana
“gini ada
deh, kita kelilingin Singapura trus sorenya kita ke Marina, deal ?”
“deal !”
Kami
memilih menggunakan bus double dacker untuk memulai perjalanan kami. Tujuan
pertama Singapore Zoo. Itu rokemndasi Vio, katanya Singapore Zoo termasuk kebun
binatang terbaik di Asia. Kalo kaya gini gue jadi inget pas kita ditunjuk jadi
cover boy and girl majalahnya National Geographic tahun lalu, dimana gue sama
El masih kaya anak kembar dan berfoto bersama anak harimau putih dan singa
putih.
“tenang aja disini banyak yang halal kok.
Masakan melayu sama india ada juga tapi rada susah nyarinya kalo disini” kata
Pricil saat kami berada di gapura China Town alias Pecinan
“itu aja
deh, gue dapet refrensi dari cewek Singapore” Rafa menunjuk sebuah resto China
dengan logo halal besar-besar di kacanya.
Gak perlu
ditanyain itu siapa deh. Rafa selalu bisa bikin semua cewek lupa diri cuma
dengan senyuman. Mungkin dia dapet temen baru.
Ketika kami
masuk suasananya sudah ramai dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang
melayu bahkan banyak wanita yang memakai hijab makan siang di tempat ini.
“gimana
enak kan ?” kata Rafa
“thanks
buat mangsa baru lo Raf” kata Didi
“dia bukan
mangsa gue kok, gue gak tertarik”
“trus ?
kalo dia ngarep sama lo gimana Raf ?”
“semoga gak
deh Ga. Ngeri kalo bisa kejadian kaya lo dulu, haha”
Sekarang
malah gue yang terpojok dan gue cuma bisa senyum doang.
Usai makan
kami melanjutkan jalan-jalan di sekitar China Town, menelusuri jalan yang kanan
kirinya penuh dengan toko yang menjual macam-macam barang hingga penjual kaki
lima.
Ditengah
jalanan yang ramai, rombongan kami ditabrak oleh dua orang.
“ah kak,
itu tas ku !” kata Chelsea
“tas gue !”
teriak Luna
Entah apa
yang mendorong tapi gue langsung lari mengejar orang yang menabrak kami tadi
yang ternyata pencopet. El pun ternyata ikut berlari.
“stop them
! the are thieves !”
Mengejar
pencopet ditengah-tengah China Town itu susah juga. Lo bakalan nabrak orang
yang berjalan.
“hey ! stop
them !”
Seperti di
adegan film action saja saat para pencopet itu membunag dagangan para penjual
ke jalan untung menghalangi kami. Atau mungkin mereka terinspirasi dari film
action ? siapa tau. Entah siapa yang mempunyai ide ini tapi kami kemudian
melompat dan menjadikan kotak yang berisi tomat yang sebelumnya dibuang para
pencopet untuk menghentikan gerakan kami. Hebatnya setelah melayang di udara
kami mendarat tepat di tubuh pencopet itu hingga mereka mencium aspal.
“this not
your bag bro” El mengunci lengan pencopet dibawahnya kebelakang dan mengambil
tasnya
Gue gak
ikutan ngunci cuma gue kasih dia pukulan penutup chi di lengan dan alhasil lengannya
gak bisa digerakin. Setelah mendapat tas kembali, kami berjalan pulang. Gue
baru sadar kalo udah lari jauh banget.
“nih punya
Chelsea” kata El
Gue baru sadar juga kalo ternyata yang
ditangan gue itu tas-nya Luna
“berarti
ini punya Luna”
Mungkin
rada jangal kali ya. Ngejar pencopet trus tasnya ketuker. Tapi itu beneran
terjadi. Hanya keheningan diantara kami dan suara ramainya China Town menjadi
backsound.
“lo sama
Chelsea gimana ?”
Entah sudah
berapa lama gue gak ngomong sama El, dan saat ngomong lagi rasanya kami seperti
pertama kali kenal. Canggung abis.
“gak ada
apa ? lo ?”
“sama,
sorry buat yang di stage kemaren gue gak bermaksud bikin kacau”
“kacau ?
menurut gue gak deh. Ceritanya jadi alami”
“tapi tetep
aja gue ngerasa bersalah”
“gue juga,
kebawa suasana”
Pecakapan
canggung berubah seperti dulu, kembali akrab. Tertawa gara-gara hal gak jelas
dan kami tau apa yang menyebabkan kami musuhan selama ini. Empire, yep mereka
ngadu domba El tampa El sadari dan gue kena imbasnya.
“nih” El
menyerahkan tas Luna kembali
“lain kali
kalo keluar gak usah bawa tas begitu”
“aku
ngikutin saranya kak Pricil kak”
“sama gue
juga, katanya biar gue keliatan feminim”
Langsung
gue sama El menatap Pricil
“iya gue
minta maaf”
“saran oon
gitu diturutin, udah tau mau keluar bawa tas kaya gitu” kata El, serius deh
yang berani ngomong oon ato kata-kata yang cukup kasar sama Pricil itu tiga
orang Didi, Luna sama El
“ya dia
maksa gue” kata Luna
“kalo mau
bawa tas selempang jangan yang modelnya kaya kantung belanjaan super market
mending yang disampirin di bahu melintang gini. Biar kaya cowok tapi kan ada
yang model cewek, dan lo tetep feminim” kata Kayla
“gue minta
maaf” kata Pricil dengan setulus-tulusnya
Sekitar jam
setengah empat sore, kami sudah berada di Marina Bay. Untung gue bawa kamera
dan untungnya kamera gue aman-aman aja setelah berlari-lari mengejar pencopet
tadi.
“Ga fotoin
gue” kata Rafa
“bentar”
Foto yang
bener-bener kocak, Rafa membuka mulutnya dan seperti sedang minum dari air
mancur yang keluar dari mulut Merlion.
“keren Raf”
Setelah gue
foto Rafa ada objek yang menarik lagi. Chelsea yang lagi bengong natap laut
didepannya dengan wajah naturan uhuk cantik. Ya mungkin dia lagi kangen sama
sama bunda.
“kak Ega !”
Mampus gue
ketahuan. Someone help me, jangan sampe gue kena cubitan mautnya Chelsea yang
rasanya kaya semut peluru. Tapi kemudian wajahnya kembali murung seperti tadi.
“kenapa ?
kangen sama bunda ?”
“iya”
Mata gue
kembali menangkap sebuah objek tapi bukan buat gue foto, masa iya gue fotoin
tukang es krim. Gue denger, gak tau bener ato gak, kalo es krim itu bisa bikin
mood balik. Kalo coklat gue percaya soalnya udah terbukti.
“two
please” great ucapan bareng gue and El untuk pertama kalinya setelah musuhan
“gue dulu
Ga” kata El
“yang tua
ngalah”
“gak bisa,
yang tua pertama lah. Yang kecil belakangan aja”
“mana ada”
“this” dua
buah es krim cone sudah berada didepan kami
“gue dulu”
“gak gue
dulu”
“dibilangin
yang tua ngalah”
“gak bisa”
“kalian
kenapa ribut sih ?” Luna datang dan ada Chelsea juga
“tau, kaya
anak kecil”
“this your
ice cream” kata penjual itu lagi
“oh thanks”
Luna langsung mengambil kedua es krim itu dan memberikan Chelsea satu “jangan
lupa bayar”
Gue sama El
cuma bisa bengong kaya orang blo’on, dan liatin luna and Chelsea makan es krim
dengan wajah tanpa dosa.
Walaupun
singapore flyer gak sebesar london eye tapi keren juga. Lo naik di ketinggian
dan liat senja di Marina Bay yang benar-benar memukau. Kalo cuaca cerah kaya
gini lo bisa liat Batam dari ketinggian lho.
“jadi
kalian udah baikan nih ceritanya” kata Pricil
“ya gitu
deh”
Sebenarnya
satu kapsul flyer itu bisa diisi sampe dua belas orang tapi ini cuma
setengahnya doang, gue, El,Didi,Pricil,Luna and Chelsea.
“trus
kalian kapan balikan-nya sekarang ?” kata El yang membuat suasana hening
seketika dan seolah fyler berhenti tepat di puncaknya.
*****
Closing
ceremony sendiri dilakukan di The Foat, sebuah stadion terapung di Marina Bay.
Kemarin malam saat pengumuman sesuatu terjadi. Ya walaupun kami tidak
memenangkan best performence tapi
kami dapat sesuatu.
Malam pengumuman, sehari sebelumnya
Setelah
perampilan tim terakhir sekitar jam sepuluh pengumuman juara dilakukan.
“dramas competition is finish and now time to
know who is the winner, for 2nd runner up in best performence category....”
suasana gedung hening seketika “Korea !”
Tim korea
langsung berteriak heboh diiringi tepuk tangan yang meriah. Segerombolan tim
langsung maju menuju keatas panggung. Mereka tak bisa menutupi rasa bahagia
mereka.
“next, 1st runner up in best performence
category... Singapore !”
Suara tepuk
tangan kembali bergemuruh “and now, the
champions for best performence category is.....China !” suara tim China
bahkan mengalahkan teriakan dari tim korea, itu wajar karena mereka membawa
sekitar lima puluh orang bahkan lebih dalam satu tim. Beberapa terlihat
menangis bahagia saat tim China berada diatas panggung.
“next category, best dancer” lah kalo ini
udah bisa ditebak “Korea !”
Benerkan,
secara negara mereka itu kaya ibu-nya boy and girl band. Menurut gue penampilan
mereka juga lebih mengutamakan dance daripada sing and story-nya. Katergori
selanjutnya untuk best solo boy and solo girl singer didapatkan tuan rumah.
Suara mereka gue akui memang menganggumkan.
“for this competition we have two special
category, first for best dance couple”
Layar LCD
raksasa yang menjadi latar panggung menampilkan foto-foto secara acak dan
cepat. “the winner is......” foto
kemudian berhenti dan ternyata “Rafael
and Astrid from Junior High School of Galileo”
Off course
kami kaget karena pupus harapan kami untuk menang tapi kami malah mendapat
kejutan di kategori spesial. Rafa seperti orang bingung waktu namanya disebut
sebelum akhirnya ia ditarik Astrid untuk berdiri dan menuju ke panggung. Gue
gak mau ngebayangin gimana reaksi fans-nya Rafa kalo tau idola mereka menang
katergori ini.
“next special category, best singer couple.
For this special category we have vote in social media to choesing who is the
best couple” LCD kembali memampilkan foto acak secara cepat tapi kenapa ada
dua ? “and we have same vote with 4570
voters” foto semakin cepat mengacak dan kemudian berhenti, Oh My God.
“Gabriel
Luna and Sky Chelsea !”
What !?
kita... kita berempat dapet kategori best singer couples ? Oh God. Sekarang
foto gue yang lagi mengang tangan Chelsea pas dia mau jatoh and foto El Luna
yang pas bawain lagu A Thousand Miles terpampang
jelas.
“for Gabriel,Luna,Sky and Chelsea please join
with us in here”
“buruan
sana maju” kata Pricil
Dengan raut
wajah yang masih bingung dan tidak percaya kami berempat maju. Semua pemenang
menerima tropi dan medali. Satu hal yang membuat kami terkejut lagi, tim
Galileo dipilih untuk menjadi pengisi acara di closing ceremony bersama tim
China. Ketika hal itu diumumkan gue bisa denger teriakan histerisnya Pricil
dengan jelas.
Lobby
hotel,
“tenang,
gak usah cemas berlebihan gitu” kata Didi,
“gimana mau
tenang coba, closing ceremony-nya itu lusa dan kita latihan cuma sehari ? it’s
impossible” kata Pricil, ia masih mondar-mandir gak jelas sambil gigitin
kukunya
“bakalan
jadi possible kalo lo berhenti mondar-mandir trus mecahin masalah ini dengan
tenang” Luna mendorong tubuh Pricil untuk duduk. Walaupun udah duduk tetep aja
cemasnya gak ilang-ilang, dia tetep gigitin kukunya.
“kalo
bener, malem ini konsep-nya bisa langsung jadi, trus besok latihan” kata Sandra
“nah
dancer-nya ?” kata Graha
“pake aja
dance yang dulu, tapi yang belum pada tau”
“ada !”
kata Kayla “celebrating dance”
“jangan
bilang itu dance yang terinspirasi dari tarian suku kanibal” kata Pricil
Emang cemas
bisa bikin otak konslet kaya Pricil gini ya ? ato mungkin terlalu stres jadi
sel otaknya pada putus.
“enak aja,
itu dance buat kompetisi yang gak jadi itu. Padahal udah latihan lama.
Disitulah saya merasa sedih”
“sekarang
konsepnya gimana ?” kata El
“buat
sederhana aja deh”
“oke, Rafa
sama Astrid bakalan gabung ke tim dance walaupun entar Rafa bakalan nyanyi trus
godain Astrid ceritanya. Trus singer-nya nyanyi beberapa lalu saut-sautan gitu”
kata Sandra
Jadilah
rencana kami gagal untuk ke Sentosa dan harus latihan bersama tim China juga
pengisi acara lainya. Kendalanya cuma satu, bahasa, tim China tidak terlalu
fasih bahasa inggris bahan kebanyakan tidak mengerti sama sekali.
*****
Gak butuh
waktu lama, begitu kami kembali ke sekolah. BUMM
! gosip menyebar dimana-mana. Mereka saling berbisik saat kami melintas. Oh
itu berlaku buat kami berempat, gue, El, Luna and Chelsea.
“lo kenapa
sih Lun ?” kata Pricil saat Luna datang dengan wajah yang badmood
“gara-gara
ini” Rafa membawa sebuah majalah, Amazing Teen edisi bulan ini.
“Rafael
Wiratama kembali dekat dengan gadis baru”
“eh bukan
itu Ga !” Rafa langsung membuka halaman
“ya gue
kira itu” serius deh masalahnya cover magazine itu fotonya Rafa sama Astrid
“a squere
love, ini apa’an sih ?” kata Pricil
“lo baca
aja sendiri” kata Luna ketus
“dua gadis
ini beruntung karena bisa berduet bersama Gabriel Wiradmadja dan Ega Dewabarata
dalam upacara penutupan festival musik dan drama remaja se-Asia yang
diselenggarakan di Singapura seminggu yang lalu. Dari foto dan informasi yang
kami dapat dari pihak terpercaya mereka terlibat dalam sebuah masalah, a squere
love....”
“gak perlu
dibaca semuanya juga” kata Luna
“so sorry.
El udah tau ? Chelsea juga ?” kata Pricil
“El lagi
sama club biology-nya jadi gue belum ngasih tau. Chelsea, gue gak liat dia,
tapi semoga dia belum baca majalah ini deh”
“oo, jadi
El lagi club pantes gue chat, sms bahkan telepon kagak ada respon”
“lo gak tau
Ga ?” kata Aldi
“gak, gue
baru tau sekarang”
“kayanya
beneran squere love deh guy’s” kata Kayla
.
.
.
.
Bersambung.....
========================================================================
Holla :) ,
just information for readers. The Notes Series : The Blue satu episode lagi Ending. Kira-kira bakalan happy ending ato sad ending gue juga gak tau, hahaha. Tapi gak bakalan berhenti di situ aja kok, masih ada lanjutannya ; The Grey, another story from Senior High School
Oke sekian cuap-cuapnya.Bye bye, sampai jumpa di episode terakhir nanti :D
*melambai anggun ala Miss World
0 komentar:
Posting Komentar
name :
kritik dan saran :