Just expresion my mind

Rabu, 19 Agustus 2015

Six Sance and Six Love : Chapter 4


Chapter 4
Kakak Laki-laki


Seorang remaja laki-laki berdiri ditepi jendela dan menyibakan tirai yang menutupinya. Ia hanya berdiri diam dan melihat keluar. Sementara disampingnya dua buah koper tergeletak.

“kamu gak harus ngelakuin itu Sat” seorang gadis berjalan mendekatinya lalu berhenti dan bersandar pada samping rak buku.

 “aku harus lakuin Ra, aku harus ngelindungin mereka berdua. Aku itu yang tertua, dan aku harus ngelindungi adik-adik aku Ra”
“tapi gak gitu juga caranya, pasti ada cara lain”
“ada, tapi itu lebih berbahaya. Salah satu dari kami harus mati dan semuanya akan berjalan kembali normal”
“rencana satu lagi ?”
“aku bakal ngelakuin astral projection”
“tapi kalo kamu ngelakuin itu, kamu bakal....”
“koma, karena raga ku lepas tapi masih terhubung sama badan ku”
“tetep aja efeknya sama. Badan kamu jadi lemah, titik terlemah kamu buat jadi sasaran empuk mereka. Ini misi bunuh diri”
“semuanya emang misi bunuh diri. Tapi bisa menyelamatkan semuanya”
“kamu harus pikirin baik-baik, Sat. Masih ada waktu”
“udah abis Ra, bentar lagi umurku – umur kita bertiga enam belas tahun. Kamu tau kan artinya apa”
“kekuatan kalian akan sempurna, dan energi itu seperti suar penanda buat kalian”
“kalo sampe itu terjadi tak ada satupun dari kami bertiga yang selamat. Bahkan semua keturunan lima panglima perang Mataram akan habis. Bahkan garis keturunan dari Ki Jati Pitutur udah putus Minggu kamaren. Perang sudah dimulai”
“tapi aku gak mau kehilangan kamu !” gadis itu sedikit menaikan suaranya dan disaat yang bersamaan air mata mulai turun dan membasahi pipinya.
Remaja laki-laki itu maju mendekat dan menggengam salah satu tangan si gadis sambil menghapus air mata dengan ibu jari kanannya.
“masa Dara yang tangguh gini nangis sih”
“kamu yang bikin aku nangis. Satria bego !” Dara memukul lengan Satria berkali-kali kesal, Satria hanya diam dan meringis lalu ia tertawa.

“kalian sudah sampai” seorang wanita tua muncul dari balik pintu, dibelakangnya berdiri seorang wanita yang lebih muda dengan raut muka yang mirip dengan si wanita tua.
“Eyang” Satria melepaskan genggaman tangannya dan berjalan medekati wanita tua yang ia panggil Eyang tersebut.
“jadi bener kamu mau ngelakuin itu Sat ?”
“gak ada pilihan lain budhe, daripada mereka yang kenapa-napa mending aku aja cukup”
“tapi resikonya besar”
“udah aku pikirin mateng-mateng kok”
Mereka duduk bersama di sofa, Dara ikut bergabung meskipun seperti menjaga jarak.
“tante, tante bisa bujuk Satria kan ?”
“aduh Ra, tante udah bujuk ratusan kali tapi tetep aja gagal”
“itu udah jadi takdir di namaku, ‘Satria’ tugasnya harus melindungi kan ?”
“Pradistya Satria Prakasa, kebijaksanaan dan kekuatan seorang pelindung. Nama yang dipilih Eyang Kakung buat kamu”


“emang kamu udah ketemu sama adek kamu ?”
“mana bisa ketemu kalo aku-nya di London dari kecil”
“iya juga sih, tapi untungnya kamu masih bisa Bahasa Indonesia, walaupun rada aneh sama geli kalo kamu ngomong panjang. Ada logatnya”
“jangan bilang kalo dari tadi kamu nahan ketawa”
“sedikit, nahan sedih sih iya”
“udah ah, gak usah sedih-sedihan lagi. Alay kaya disenetron favorit kamu itu”
“apaan, orang aku gak suka sinetron”
“yakin ? kalo aku lagi skype-an sama kamu ada tu backsong aneh dibelakang kamu. Jelas banget kalo itu sinetron”
“itu Bibi yang liat, serius bukan aku”
“iya deh iya, dasar bunglon”
“apa ? kamu bilang aku apa ?”
“bunglon, wek” Satria menjulurkan lidahnya
“bilang sekali lagi, aku cukur kumis kamu jadi kaya zebra cross”
“kaya berani aja kamu”
“oh jadi nantang, dasar lele” Dara mengatakannya sambil tersenyum
“aku anter kamu pulang ya ?”
“terserah”
“oh terserah, ya udah naik taksi aja ya”
Ekpresi Dara langsung berubah “dasar nyebelin ! pulang dari London gak tau lagi di kangenin malah nyebelin”
“ooo jadi kangen ? ngomong gitu kek dari tadi”
“bodo ah !”
“dih ngambek”
“bodo ! Satria bego ! lele albino !”
“haha, kamu lucu kalo ngambek, muka-mu jadi kaya anak kecil” Satria mengacak-acak rambut Dara yang dibiarkan terurai
“Distyya ! jadi berantakan nih !”
“Distya ? aku hampir lupa nama itu lagian itu kamu cantikan gitu lagi, kaya macan betina bersurai”
Dara langsung menampar punggung Satria dengan cukup kencang “sakit tau”
“biarin”
“kamu jadi pulang gak ni ? atau mau nginep ?”
“pulang !”

“thanks for everything, Andara Hayu Wijareni”
“thanks for you to, Pradistya Satria Prakasa. And be carefull oke. Come back safe please”
“i can’t predict, you know this danger, a very danger mision to safe our life”
“you must promise with me. Please come back again”
“i can’t”
“you must promise !”
“yes, i’m promise !”
I don’t know. Can i keep the promise ? or i will broke that. I’m can’t back but my brother’s stil life. Tapi Dara malah balik murung, ekspresi sedih itu seakan tidak mau pergi begitu saja.

“Ra, dengerin aku. Walaupun aku gak bener-bener ada buat kamu, tapi aku bakalan selalu disamping kamu. Aku bakalan terus ngelindungin kamu, aku bakal ngawasin kamu. Jadi kalo kamu coba nyari cowok lain selama aku pergi, aku bakalan tau”
“kalo cowoknya cakep sih aku mikir-mikir haha”
“paling juga gak nemu, cowok berkumis itu manis”
“tapi kata temenku kumis kamu bikin dia merinding”


Malam lebih gelap daripada biasanya. Karena langit London memang tidak pernah gelap dan tidak pernah tidur tentunya. Bulan yang seharusnya terlihat penuh dan sempurna tertutup awan gelap. Angin malam terasa aneh.

“it’s my time. Thank’s for everytime and thank’s for everything Andara. I love you” kata Satria dalam hati.

Diluar angin semakin kencang menerpa pepohonan dan bulan benar-benar menghilang dibalik awan hitam. Suasana malam yang mengerikan dan mencekam. Satria berbaring dengan tenang tapi kemudian sesuatu dengan cepat menembus kamarnya. Satria ingin menghindar tapi tidak bisa. Terdengar suara benda kaca yang pecah terjatuh di lantai.

“Dis ! ini budhe ! Distya !”
Beberapa orang lalu masuk ke dalam kamar Satria. Wanita tua yang ia panggil Eyang itu mendekat.
“mereka menemukannya lebih dahulu”
Ekpresi semua orang di ruangan itu terlihat sangat sedih. Mereka langsung memindahkan tubuh Satria yang tergeletak di lantai ke atas tempat tidurnya. Mereka juga membersihkan pecahan dari lampu tidur yang berserakan di lantai.


Keesokan harinya,
“tante gimana kondisi Satria ?” Dara datang tergesa-gesa dan masih memakai seragam putih abu-abunya.
“kamu bisa tenang, dia udah mulai stabil”
“terus diagnosannya dokter tan ?”
“kerusakan jaringan otak dan membuat kesadarannya hilang”
Dara hanya bisa diam melihat Satria dari kaca jendela. Ia hanya terbaring tak sadarkan diri dengan segala macam peralatan medis yang tertempel untuk menunjangnya tetap hidup. Entah bagaimana teknologi menjelaskan kejadian diluar nalar menjadi kerusakan jaringan otak.

Beberapa orang perawat lalu masuk kedalam ruangan dan mengeluarkan Satria.
“mau dibawa kemana tan ?”
“Eyang pingin Distya dirawat dirumah aja. Kamu juga bisa sering-sering njenguk”


“kenapa kamu nekat sih Sat” kata Dara, tangannya menggengam tangan Satria yang dingin dan pucat.
Dara teringat saat pertama kali bertemu dengan Satria. Itu terjadi tiga tahun lalu, di Jakarta. Sebenarnya Dara sangat malas, karena ini bukan jalan-jalan biasa. Tapi acara pertemuan dua keluarga. Mendengar bahwa ia akan bertemu keluarga darah biru keraton membuatnya semakin malas. Tapi semuanya berubah.
.
.
.
“sorry i’m late”

Seorang anak laki-laki yang mungkin sebaya dengannya datang terburu-buru sambil membetulkan kerah dan dasi pada kemeja-nya. Pandangan tentang anak keturunan darah biru itu membosankan langsung hilang begitu saja. Dara baru tau jika Satria sekolah di London dan pulang untuk liburan musim dingin. Ia masih bisa berbahasa Indonesia dengan baik walaupun ada logat british yang masih ketara.

“ini kali pertamaku datang ke Indonesia”
“are you serious ?”
“yes. I’m grouw up in London”

Mereka lalu bertukar cerita, bagaimana London dan bagaimana Indonesia. Satria bercerita bahwa ia sudah di London sejak bayi. Ia tak pernah diizinkan untuk datang ke Indonesia hingga hari ini. Itu juga hanya sehari, tidak lebih. Sore nanti ia harus kembali ke London, menghabiskan sisa libur musim dingin yang masih cukup panjang.

“setiap kali aku bertanya kenapa aku tidak diperbolehkan datang ke Indonesia. Grandma selalu mengalihkan topik pembicaraan. I don’t know the reason”

Sejak itu cara pandang Dara tentang Indonesia berubah. Walaupun ia benci dengan pemerintahnya, ia benci dengan koruptornya, tapi semuanya berubah total. Ia berusaha melihat Indonesia dari sudut pandang Satria. Cerita yang sering Satria dengar tentang bagaimana alam Indonesia.

“aku pingin liat belitung, pulau komodo, raja ampan, ambon, derawan dan tempat indah lainnya”

Ketika kembali mengingat pertama kali ia bertemu Satria, tanpa sadar Dara kembali menangis. Dara tiba-tiba terkaget saat tangan Satria tiba-tiba memanas, benar-benar panas seperti baru saja menyentuh api. Lalu sebuah simbol muncul disana. Simbol yang sepertinya tidak asing untuknya.

Semilir angin berhembus, padahal jendela di ruangan itu tertutup rapat. Bahkan kordennya pun dibiarkan tetap tertutup sebagian.

Kamu gak perlu nangis lagi. Aku ada disamping kamu.

Dara langsung menoleh. Diruangan itu tak ada siapapun kecuali dirinya dan Satria yang tak sadarkan diri. Tapi jelas-jelas itu adalah suara Satria. Dara benar-benar yakin jika itu memang suara Satria.

“please Sat bangun, bicara lagi sama aku. Kalo kaya gini aku gak faham maksud kamu apa”
Dara berbicara sendirian. Ruangan itu benar-benar sunyi, hanya suara mesin medis yang menunjang kehidupan Satria yang terdengar pelan.

“aku disini Ra” terdengar suara lirih lagi
Udara seperti berpendar. Satria muncul di dekat jendela. Tempat favoritnya untuk memandang keluar. Tapi ia tidak benar-benar disana. Cahaya matahari yang menembus tirai tipis itu ikut menembus tubuh Satria, melewatinya begitu saja.

“Satria....”

Hai Ra

“kamu....kamu....”

Tembus pandang, namanya juga roh

“Roh ? tapi kenapa aku bisa liat kamu ?”

Aku berhasil ngelakuin astral objection tepat sebelum mereka nemuin aku. Ya karena aku yang buat biar aku bisa kamu liat. Ada yang harus aku omongin.

“soal adik kamu ?”

Ya, aku mau minta tolong sama kamu. Walaupun aku bisa ngelakuin astral projection sekarang tapi koneksi sama badanku terputus karena mereka menemukanku. Dan semakin lama aku akan memudar. Roh tanpa tubuh atau tubuh tanpa roh. Tidak ada yang bisa bertahan.

tunggu, kalo gitu berarti kamu bakalan......”

Mati. Semua makhluk bernyawa memang akan mati pada akhirnya. Sebelum aku terlambat aku mau minta sedikit bantuan sama kamu. Mungkin ini yang terakhir

“Satria.....”

Kamu harus nemuin adik-adik aku. Beritau mereka semuanya dan mereka akan faham. Mereka tau bagaimana cara untuk mengakhiri ini semua.

“kamu aja gak tau adik kamu kaya apa. Apalagi aku Sat ?”

Kamu gak bakalan kesulitan buat nemuin mereka Ra. Mereka persis kaya aku

“maksud kamu ?”

Kita bertiga kembar

“apa ? kok kamu baru bilang sekarang”

Aku juga baru tau seminggu lalu. Aku mau cerita sama kamu tapi selalu gak ada kesempatan. Intinya kita bertiga mirip, wajah kami mirip. Tapi adik-adik aku kaya yin sama yang. Mereka berbeda, bertolak belakang. Dan ini mungkin ini pertama kalinya dalam sejarah, satu dari tujuh ada tiga.

“dan karena itu mereka memburu kalian lebih dulu ! iya  kan ?”

Aku takutnya iya. Karena kekuatan yang berasal dari satu keturunan tidak terbagi tiga....

“tapi malah semakin kuat karena kalian bertiga. Aku benar kan ?”

Yes, aku minta tolong ya Ra. Cari adik-adik aku. Mereka bakal ketemu di Jogja, sisanya biar aku yang atur.

“jadi tugasku cuma buat nyari cowok berkumis yang ngeselin kaya kamu ?”

Haha, mereka gak berkumis. Ya mungkin gara-gara aku yang paling tua, jadi aku doang yang punya kumis. Emang aku ngeselin ya ? bukannya ngangenin ?

“kamu masih bisa bercanda dikondisi kaya gini. Udah jadi roh tetep aja sifatnya gak ada bedannya”

Haha, udah dulu ya. Waktu ku terbatas buat ngomong sama kamu. Ato mereka bakal nemuin aku lagi. Inget gak usah nangis lagi. Aku selalu dideket kamu, aku selalu ngawasin kamu. See you Ra.

Tubuh tembus pandang Satria berpendar dan mulai hilang seperti gambar hologram yang sinarnya mulai melemah dan lalu benar-benar hilang. Semuanya kembali normal, hanya keheningan di ruangan itu. Lalu beberapa petugas medis masuk ke ruangan dan meneyuruh Dara untuk keluar sebentar.

“aku pamit pulang Tan”
“dianter aja ya Ra”
“gak usah Tan, aku bisa pulang sendiri”
“eh jangan, lagian ini Tante juga sekalian mau pergi. Bareng aja”
“makasih Tan, udah ngerepotin gini”
“Tante malah seneng kamu disini. Sering-sering aja kesini, jengukin Distya”
“aku mau nanya Tan, Satria itu kembar tiga ?”
Begitu mendengar pertanyaan Dara, ekspresi Tante Ami berubah total. Antara kaget dan terkejut.
“kamu.....kamu tau dari siapa Ra ?”
“tadi Satria yang ngasih tau sama aku langsung”
“maksud kamu ?”
“sebenernya Satria berhasil menjalankan rencana pertamanya tapi tubuhnya....” Dara terdiam sejenak “tadi Satria cerita semuanya. Kenapa mereka bertiga harus dipisahin sih Tan”

“sebenernya Tante gak boleh cerita, tapi Distya udah tau dan kamu juga udah tau. Kamu tau kan Ra, kalo keluarga-nya Distya itu masih ada hubungannya sama Ki Candilaras ?”
“iya”
“Distya juga udah cerita kan soal sejarah keluarganya ?”
Sekali lagi Dara mengiyakan.
“awalnya semua ngira kalo kandungannya adiknya Tante, ibunya Distya itu satu janin”
“tapi ternyata tiga. Kembar laki-laki ?”
“iya, kekuatan mereka juga tidak terbagi anehnya. Mereka seperti memeliki kekuatan sendiri-sendiri. Sepertinya adik tante udah tau kalo bakal ada kejadian buruk. Dia langsung nyuruh tante buat bawa Distya pergi dari Jawa dan tante menetap di London karena suami tante kerja disana.”
“terus adik-adiknya Satria Tante tau dimana ?”
“sayangnya enggak, kenapa Ra ?”
“gak kenapa-napa Tan. Soalnya Satria cerita belum selesai”
“oh, tante kira kenapa”


Semoga aja adik-adik kamu gak ngeselin kaya kamu Sat. Tapi tadi kamu bilang mereka kaya yin sama yang. Jangan-jangan yang satu kalem yang satu frontal lagi dan itu lebih nyeremin daripada kamu.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

name :
kritik dan saran :

Find us on Facebook

Facebook

BTemplates.com

Pages

About My

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran